Minggu, 25 Agustus 2013

Kuasa Perkataan Iman: Jalan Keluar Bagi Masalah


“Cerita ini tentang seorang ibu yang berasal dari daerah Fenisia di propinsi Siria dan dia berbahasa Yunani. Dia mempunyai seorang anak perempuan yang kerasukan roh jahat. Waktu ibu ini mendengar Yesus ada di situ, dia langsung datang dan berlutut di kaki Yesus. Ibu ini meminta supaya Yesus mengusir roh jahat dari anak perempuannya.
Tetapi Yesus menjawab, “Kamu bukan orang Yahudi. Jadi kalau Aku menolongmu, itu sama seperti orang yang membuang makanan anak-anaknya kepada anjing. Biarlah mereka dikasih makan dulu.”
Lalu ibu itu menjawab, “Benar, Bapa. Biar anak-anak Yahudi makan lebih dulu. Tetapi biasa yang terjadi adalah bahwa anjing-anjing di bawah meja diberikan sisa-sisa makanan yang tidak dimakan oleh anak-anak.” Markus 7:26-28 TSI (Terjemahan Sederhana Indonesia)
*courtesy of PelitaHidup.com
Dari pembacaan di atas, maka kita dapat melihat bagaimana kata-kata dari ibu ini, dengan begitu percaya dia mengatakan statusnya yang tidak termasuk dalam golongan orang Yahudi. Artinya apapun status yang diberikan oleh Yesus, dengan kerendahan hati dia menyadari hal itu dan dia mengakuinya.
Tuhan Yesus melihat kesungguhan hatinya. Akibat dari perkataannya seperti itu maka Tuhan Yesus berkata kepadanya bahwa, “Ibu boleh pulang, sekarang roh jahat itu sudah keluar dari anakmu.
Keadaan ibu ini menggambarkan bagaimana dia mencari jalan keluar dari persoalan yang sedang dia hadapi. Dia tidak mencari penyebab terjadi masalah, tetapi yang dia butuhkan adalah jalan keluar dari masalah ini.

Berapa banyak dari kita yang sering mencari penyebab terjadinya masalah, dan tidak mencari jalan keluar. Sering kita diperhadapkan dengan masalah, dan bukan jalan keluar yang kita cari tetapi malah membuat masalah dengan membesar-besarkan masalah tersebut.
Untuk itu kita perlu merubah kebiasaan berkata-kata yang tidak penting. Kita harus mulai perkatakan hal-hal yang baik. Jangan perkatakan hal-hal yang negatif seperti yang sering terjadi dalam keluarga, ketika orang tua marah kepada anaknya, tanpa disadari mengatakan, “Anak bodoh, anak kurang ajar, anak tidak tahu diuntung, dan lain-lain”.
*courtesy of PelitaHidup.com
Sadar atau tidak sadar, kita sedang membentuk anak dengan kata-kata kita. Maka jadilah anak sesuai dengan perkataan kita. Perkataan negatif akan membentuk anak-anak ke arah negatif. Perkataan positif akan membentuk anak-anak ke arah yang positif.
Comments
0 Comments
Facebook Comments by Media Blogger

Tidak ada komentar: