“Diberkatilah orang yang mengandalkan TUHAN, yang menaruh harapannya pada TUHAN!
Ia akan seperti pohon yang ditanam di tepi air, yang merambatkan akar-akarnya ke tepi batang air, dan yang tidak mengalami datangnya panas terik, yang daunnya tetap hijau, yang tidak kuatir dalam tahun kering, dan yang tidak berhenti menghasilkan buah.” Yeremia 17:7-8
Ia akan seperti pohon yang ditanam di tepi air, yang merambatkan akar-akarnya ke tepi batang air, dan yang tidak mengalami datangnya panas terik, yang daunnya tetap hijau, yang tidak kuatir dalam tahun kering, dan yang tidak berhenti menghasilkan buah.” Yeremia 17:7-8
Ada banyak orang membaca Yeremia 17:7-8, mereka langsung melompat
pada ayat 8, dimana mereka langsung membahas akibatnya, dan bukan
mencari sebabnya. Kenapa saya katakan begitu, karena mereka langsung
menggambarkan atau beralegoris bahwa orang percaya harus menjadi pohon
yang kokoh yang mampu bertahan pada musim kemarau dan merambatkan
akar-akar ke ujung-ujung batang air serta menghasilkan buah pada
musimnya. Benarkan demikian?
Bagi saya hal tersebut tidak salah, hanya kurang pas saja. Saya
memberikan contoh sebuah kalimat “saya makan, maka saya kenyang”. Kenapa
saya kenyang? Karena saya makan. Dari kalimat ini, kita bisa melihat
ada kata sebab dan ada kata akibat. Sebabnya ada pada kata “makan”
sedangkan akibatnya ada pada kata “kenyang”. Mungkin anda akan bertanya,
apa hubungannya dengan ayat diatas?
*courtesy of PelitaHidup.com
Yeremia 17:7-8 juga berbicara tentang sebab – akibat. Ayat 8 berbicara akibat, sedangkan ayat 7 adalah sebabnya. Jadi untuk dapat menjadi orang percaya yang kokoh bagaikan pohon setidaknya orang tersebut memiliki dua hal yang terdapat pada ayat 7 yang merupakan sebabnya.
*courtesy of PelitaHidup.com
Yeremia 17:7-8 juga berbicara tentang sebab – akibat. Ayat 8 berbicara akibat, sedangkan ayat 7 adalah sebabnya. Jadi untuk dapat menjadi orang percaya yang kokoh bagaikan pohon setidaknya orang tersebut memiliki dua hal yang terdapat pada ayat 7 yang merupakan sebabnya.
Berikut ini kedua hal yang menyebabkan kita dapat menjadi orang percaya yang kokoh di dalam Tuhan:
1. Mengandalkan Tuhan
Kata “mengandalkan” mempunyai kata dasar: andal, yang berarti dapat
dipercaya. Jadi semacam tempat untuk bergantung apapun bentuknya. Orang
tersebut tidak bisa apa-apa tanpa hal itu. Dari sini dapat ditarik
kesimpulan bahwa orang percaya harus mengandalkan Tuhan. Tanpa Tuhan
atau di luar Tuhan kita tidak dapat berbuat apa-apa.
2. Menaruh Pengharapan Kepada Tuhan
Kata “menaruh” mempunyai pengertian: melepas atau memberi pada
sesuatu yang kita percayai. Dengan kata lain, kalau kita taruh sesuatu
di suatu tempat, maka kita percaya barang tersebut tidak akan hilang.
Jadi orang percaya setidaknya sangat percaya atau amat percaya akan
sesuatu yang akan datang. Pengharapan hampir sama dengan iman, bahwa
percaya sekalipun belum melihat sesuatu. Karena bukan pengharapan jika
hal itu sudah didapat atau sudah dilihat.
.
Kalau orang percaya sudah memiliki dua hal tersebut di atas, yaitu
mengandalkan Tuhan dan menaruh pengharapan kepada Tuhan, barulah dapat
menerima akibatnya yaitu berkat yang Tuhan sediakan bagi umatNya yang
setia kepadaNya.
*courtesy of PelitaHidup.com
Orang percaya yang seperti ini ibarat pohon yang ditanam ditepi aliran air, yang tidak akan kering karena panas terik, dan tidak akan pernah berhenti menghasilkan buah. Sehingga ia menjadi orang yang kokoh di dalam Tuhan serta menjadi kuat dalam menghadapi tantangan hidup.
*courtesy of PelitaHidup.com
Orang percaya yang seperti ini ibarat pohon yang ditanam ditepi aliran air, yang tidak akan kering karena panas terik, dan tidak akan pernah berhenti menghasilkan buah. Sehingga ia menjadi orang yang kokoh di dalam Tuhan serta menjadi kuat dalam menghadapi tantangan hidup.