Di jaman serba modern seperti ini, banyak orang mulai meragukan
keberadaan mukjizat Tuhan. Kesaksian ini saya tulis, semata-mata Demi
Lebih Besarnya Kemuliaan Tuhan (AMDG).
Anak ini adalah mujizat
*courtesy of PelitaHidup.com
Tidak cukup kata-kata yang bisa mendeskripsikan pengalaman keluarga saya selama 9 bulan terakhir ini, akan saya ceritakan sejak awal sampai di titik klimaks lahirnya anak kedua saya.
*courtesy of PelitaHidup.com
Tidak cukup kata-kata yang bisa mendeskripsikan pengalaman keluarga saya selama 9 bulan terakhir ini, akan saya ceritakan sejak awal sampai di titik klimaks lahirnya anak kedua saya.
Baru 10 minggu berlalu sejak saya dinyatakan mengandung. Anak pertama
kami, Ieva pulang sekolah dengan wajah berbintik merah. Saya mendapat
firasat kurang baik, dan segera ke dokter.
Hati ini rasanya tidak tenang dan di kepala saya sudah terpikir
sebuah penyakit yang sangat ditakuti wanita hamil, yaitu virus Rubella.
Dokter berkata bahwa anak ini hanya alergi.
Namun hati saya tetap cemas, besok siangnya saya berinisiatif
memeriksakan darahnya ke lab. Hasil lab menyatakan Ieva positif terkena
rubella. Kami serumah diliputi kepanikan. Bagi ieva sendiri virus ini
hanya campak biasa yang akan sembuh sendiri. Namun kalau virus ini
sampai masuk ke badanku yang sedang hamil, akibatnya bagi janin bisa
fatal (silakan browsing sendiri di Google apakah rubella itu dan
akibatnya).
Malam hari itu juga, setelah hasil lab Ieva keluar, saya segera
mengungsi ke rumah saudara di kota yang sama. Saya berusaha untuk tidak
membuat suami menjadi panik, karena saya tahu pekerjaannya di pulau lain
sedang padat juga.
*courtesy of PelitaHidup.com
Inilah kali pertama sejak melahirkan Ieva, saya meninggalkan Ieva. Berat dan sedih, tapi demi calon adiknya, saya harus bertahan. Kalau di rumah yang sama, resiko saya tertular akan semakin besar.
*courtesy of PelitaHidup.com
Inilah kali pertama sejak melahirkan Ieva, saya meninggalkan Ieva. Berat dan sedih, tapi demi calon adiknya, saya harus bertahan. Kalau di rumah yang sama, resiko saya tertular akan semakin besar.
Terima ayat Alkitab melalui
Facebook. Ayo gabung dengan lebih dari 32.000 member di Facebook Page
Pelita Hidup. Klik like berikut ini:
Hari-hari tanpa Ieva benar-benar berat dan menguras emosi. Tapi dia
anak yang tabah, campaknya belum sembuh, dia hanya diam saja dan
berpikir sendiri. Tidak menangis teriak-teriak, walaupun ditinggal
mamanya sampai 3 minggu.
*courtesy of PelitaHidup.com
Sudah amankah? Tidak, menjelang weekend di minggu kedua, di badan saya muncul bintik-bintik merah,mulai dari tangan, wajah, leher, menyebar ke perut. Saat itu saya betul-betul panik dan putus asa. Ternyata virus itu tetap menular, karena masa inkubasinya bisa 2-3 minggu sebelum gejala ruam merah muncul.
*courtesy of PelitaHidup.com
Sudah amankah? Tidak, menjelang weekend di minggu kedua, di badan saya muncul bintik-bintik merah,mulai dari tangan, wajah, leher, menyebar ke perut. Saat itu saya betul-betul panik dan putus asa. Ternyata virus itu tetap menular, karena masa inkubasinya bisa 2-3 minggu sebelum gejala ruam merah muncul.
Siangnya saya langsung cek lab, namun hasil lab baru keluar 2 hari
kemudian. Malam hari saya kabari suami tentang bercak merah ini, kami
betul-betul kehilangan arah. Sampai akhirnya besok subuhnya suami saya
langsung memutuskan untuk pulang ke jawa, dan saya berangkat ke jakarta,
jadi kami bertemu di jakarta.
Kami mencari dokter-dokter terbaik dalam kasus rubella ini lewat
internet. Saat mencari itu, otomatis juga menemukan berbagai artikel
mengerikan dari virus ini. Air mata yang terkuras sudah tidak terhitung
banyaknya, membayangkan berbagai kemungkinan mengerikan yang bisa
terjadi pada anak kami.
Proses selanjutnya tentu sama seperti orangtua lain pada umumnya,
berusaha menyelamatkan calon bayinya. Beberapa nama dokter yang kami
browsing dari internet, kami datangi. RS Bunda Jakarta tempat Ieva lahir
dulu, jadi RS pertama yang kami datangi, kebetulan ada dokter ahli juga
yang istilahnya mengurus “fetomaternal”/kelainan janin.
Di ruang dokter, kami mendapat banyak pandangan dari dokter. Ada
kata-katanya yang membekas di hatiku, “Bu, tanpa rubella pun, kalau 9
bulan ibu USG semua baik dan normal, lalu tiba-tiba waktu lahir terjadi
masalah, apa mau dibuang juga?”.
Rasanya pengen nangis waktu ditanya begitu. Iya ya… Dokter
menyerahkan kembali ke saya dan keluarga apa yang harus dilakukan pada
calon anak kami yang ke–2 ini, apakah kandungan ini akan diaborsi atau
dilanjutkan.
Kemungkinan virus rubella mengenai janin pada kehamilan seperti ini
sekitar 80%! Jadi saya hanya punya kesempatan 20% (secara hitungan
manusia/ilmu medis).
*courtesy of PelitaHidup.com
Beberapa keluarga, saudara, teman yang mengetahui kejadian ini, tidak sedikit yang menganjurkan untuk terminasi langsung. Siang itu, di tengah kebingungan dan putus asa, saya mendengar satu suara yang sangat jelas, sampai saya yakin itu bukan suara dari pikiranku. Bunyinya “Kenapa kamu tidak percaya kepadaKu?”.
*courtesy of PelitaHidup.com
Beberapa keluarga, saudara, teman yang mengetahui kejadian ini, tidak sedikit yang menganjurkan untuk terminasi langsung. Siang itu, di tengah kebingungan dan putus asa, saya mendengar satu suara yang sangat jelas, sampai saya yakin itu bukan suara dari pikiranku. Bunyinya “Kenapa kamu tidak percaya kepadaKu?”.
Saya cukup lama tertegun mendengarnya. Saat saya sampaikan pada
suami, dia menguatkan saya untuk terus melanjutkan kehamilan ini. Suami
saya adalah supporter terbesar, my soulmate…
Akhirnya saya dan suami memutuskan untuk tidak melakukan aborsi
karena kami berpikir bahwa aborsi tidak diperbolehkan secara agama dan
kami lebih baik berserah kepada Tuhan untuk menjaga dan menyembuhkan
janin yang di kandung. Kemudian dokter memberikan obat dan suplemen
untuk menghambat penyebaran virus itu.
Menjalani kehamilan dengan penuh penghargaan, itu yang saya jalani
sekarang ini. Saat hamil anak pertama, saya jarang peka merasakan campur
tangan Yang Di Atas, beda banget sama yang kali ini. Waktu lebih banyak
dihabiskan untuk berdoa pagi sampai malam, dibantu keluarga, teman,
saudara, doa-doa itu makin terasa “keampuhan”nya dari hari ke hari.
Saya percaya tidak ada yang melebihi kekuatan Tuhan, prediksi manusia
masih bisa punya banyak kesalahan. Saya bukan orang yang “beriman
teguh” atau aktif dalam rohani di kehidupan sehari-hari, tapi membaca
banyak kesaksian orang di internet, Tuhan tidak pilih-pilih waktu
menyelamatkan manusia, siapapun bisa diselamatkan asal percaya.
Beberapa kejadian “menakjubkan” terjadi dalam beberapa bulan itu:
- Puluhan ayat “muncul” dengan sendirinya saat kami membuka Alkitab, dan bunyinya selalu pas, selalu menunjukkan arah apa yang harus kami lakukan.
- Bulan Desember 2011 saya pernah memesan sebuah buku kepada seorang penulis Kristiani, judulnya “Mukjizat Kehidupan”. Namun setelah memesannya, saya lupa. Sampai akhirnya tanggal 8 Desember’11 pagi saya berdoa ingin Tuhan beri hadiah di hari ultah pernikahan keempat kami. Siang harinya buku tersebut tiba. Di dalamnya ada 2 buku mungil, gratis diberi oleh penulisnya, isinya tentang doa-doa untuk kesembuhan, sesuatu yang sangat saya butuhkan saat ini. Sungguh ajaib, seakan Tuhan sendiri yang mengirim bacaan-bacaan itu untuk saya, tanpa saya minta.
- Saya mengontak beberapa orangtua yang mengalami kasus sama (hamil terkena rubella), ajaibnya Tuhan mempertemukan saya dengan para orangtua yang semua anaknya “selamat”, semua anaknya normal, dan mereka semua sangat pro-life, mendukung untuk meneruskan kehamilan.
- Intensif berdoa, ajaib, angka titer virus pada bulan ke 5 menurun drastis, bahkan saat bulan ke 7 angkanya sudah negatif! Secara medis tidak banyak yang bisa mengalami itu. Kebanyakan saat melahirkan, angka titer virus di badan si ibu masih positif mengandung virus. Saya percaya ini berkat Tuhan.
- Saat bingung memilih nama bayi sampai berbulan-bulan saya dan suami belum sreg. Sepupu saya menyarankan untuk mendoakan dan meminta nama dari Tuhan. Untuk nama belakang saya sudah menentukannya, karena 3x ditunjukkan melalui ayat Alkitab. Untuk nama depan, 2 hari setelah didoakan langsung muncul nama yang cocok, nama yang indah menurut kami.
- Setiap detik selama 7 bulan itu kami menekan perasaan manusiawi, yaitu kecemasan. Setiap kali takut, saya berusaha cepat mengalihkan pikiran dengan berdoa. Doa apa saja, menyampaikan ketakutan saya, berkeluh-kesah pada Tuhan, dan bersyukur untuk hari itu. Doa adalah jalan yang ampuh untuk mencari kedamaian. Saat kandungan 8 bulan pun sempat beberapa kali flek, diberi obat penguat kandungan, dan setelah berdoa, tidak lama fleknya hilang.
Tidak terasa 9 bulan berlalu cepat, Dokter terus memantau
perkembangan janin melalui USG. Bulan demi bulan,dan tiba saat
melahirkan.
Seminggu sebelum rencana operasi, saya sudah ke Jakarta. Akhirnya
Minggu, 6 Mei 2012 pkl 12.27 di RS Bunda Jakarta anak kedua kami lahir
dan kami beri nama Imelda Elianna. Imelda artinya “pejuang yang tangguh”, Elianna artinya “Tuhan telah menjawab”.
Dan memang betul Tuhan menjawab doa kami. Selama 5 hari kami di rumah
sakit, macam-macam tes dilakukan, dari mata, telinga, jantung, darah.
Semua tes lolos dengan baik, kecuali telinga sebelah kiri akan diulang 6
bulan lagi.
*courtesy of PelitaHidup.com
Namun dari tes darah, dokter menyatakan virus tersebut tidak sampai ke Imelda. Puji Tuhan, Engkau sungguh besar! Sungguh kami berterima kasih kepada Tuhan atas segala kebaikanNya dan belas kasihNya.
*courtesy of PelitaHidup.com
Namun dari tes darah, dokter menyatakan virus tersebut tidak sampai ke Imelda. Puji Tuhan, Engkau sungguh besar! Sungguh kami berterima kasih kepada Tuhan atas segala kebaikanNya dan belas kasihNya.
Dan saat menulis kesaksian ini, saya kembali ke masa-masa sukar itu,
di antara pilihan meniadakan atau mempertahankan anak saya. Di saat itu
saya mendengar Ia berkata, “Kenapa kamu tidak percaya kepadaKu?”.
“Sebab Engkaulah yang membentuk
buah pinggangku, menenun aku dalam kandungan ibuku. Aku bersyukur
kepada-Mu oleh karena kejadianku dahsyat dan ajaib; ajaib apa yang
Kaubuat, dan jiwaku benar-benar menyadarinya. Tulang-tulangku tidak
terlindung bagi-Mu, ketika aku dijadikan di tempat yang tersembunyi, dan
aku direkam di bagian-bagian bumi yang paling bawah; mata-Mu melihat
selagi aku bakal anak, dan dalam kitab-Mu semuanya tertulis hari-hari
yang akan dibentuk, sebelum ada satupun dari padanya. Dan bagiku, betapa
sulitnya pikiran-Mu, ya Allah! Betapa besar jumlahnya!“ Mazmur 139:13-17
.
“Pencobaan-pencobaan
yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi
kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan
membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia
akan memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat
menanggungnya.” 1 Korintus 10:13